Narasi Perempuan dan Pasang Surut Gerakan Feminis di Banjarmasin

BERAWAL dari kegelisahan atas maraknya kasus kekerasan seksual dan minimnya pemahaman atas hak-hak dasar wanita, Narasi Perempuan lantas dibentuk sejak 14 Mei 2019 lalu oleh sejumlah mahasiswa lintas kampus di Kota Banjarmasin.

Target para penggeraknya berkomunitas tak muluk-muluk. Pada tahap awal pembentukan, komunitas yang punya basis anak-anak feminis ini cuma ingin warga Banjarmasin lebih dulu sadar atas permasalahan krusial yang memberangus hak-hak perempuan seperti kasus kekerasan seksual, pernikahan dini, dan lainnya.

“Gimana mau advokasi kalau kesadaran saja belum terbentuk kan ya,” ujar Rizky Anggarini Santika Febriani, salah satu pengurus Narasi Perempuan.

Kiky bercerita, banyak stigma buruk terhadap Narasi Perempuan yang juga mesti diselesaikan lebih dahulu. Misalnya, banyak yang menilai feminisme itu paham Barat dan jauh dari nilai yang dianut di Indonesia.

“Ada yang bilang paham feminisme itu nakal, nggak mau nikah, sulit masak hingga menyusahkan para kaum lelaki dan bahkan dianggap bertentangan dengan nilai yang ada di Indonesia,” bebernya.

Melalui program podcast Banjar Talks dari banjartimes, kami ngobrol dengan pengurus Narasi Perempuan soal apa saja yang mereka lakukan dalam gerakan ini. Juga bicara ihwal lika-liku komunitas, stigma buruk anak feminis, hingga pentingnya pengesahan Rancangan Undang-Undang (RUU) Penghapusan Kekerasan Seksual (PKS).

Episode podcast kali ini bisa kalian dengar melalui kanal Banjar Talks di Spotify dan Anchor. (bt)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *