Yuni Adi, Pahlawan Pengentas Buta Huruf di Pinggiran Kota Banjarmasin

Ruang sederhana itu berukuran 6×5 meter. Pemiliknya menamai lokasi ini sebagai Rumah Baca Alalak Utara. Berlokasi di gang sempit tak bernama di Jalan Raya Alalak, Kecamatan Banjarmasin Utara, rumah baca milik Yuni Adi ini cuma berdinding kawat dan berlantai kayu ulin.

Dari perpustakaan kecil-kecilan yang berdiri di samping kediamannya, Yuni Adi (46) mendorong anak-anak pinggiran di kawasan Alalak bebas dari ancaman buta huruf.

Sadar melihat lingkungan sekitar, Yuni tergerak membuka kelas calistung secara gratis.Tak tanggung-tanggung, kini ia sudah membina lebih dari 150 orang anak, sebagian sudah berhasil lolos ke sekolah formal.

Saat didatangi penulis, ia sedang menata rapi buku-buku bacaan di rak kayu yang sudah reot. Baru saja ia menyelesaikan kelas sore bersama enam anak binaannya.

“Belajar abjad A-Z dulu, mereka baru saja mendaftar ke sini,” kata Yuni Adi, tersenyum ramah.

Yuni Adi menjalankan kiprahnya sebagai pengajar non formal sejak tahun 2011 silam. Tak ada latar pendidikan yang tersemat dalam pengalaman Yuni. Ia cuma lulusan SMA. Gerakan yang ia bangun hanya bermodal dari keprihatinan saat pertama kali bermukim di Alalak Utara.

“Tahun 2011 datang ke sini, obat-obatannya ngeri. Orang tua banyak kerja, anak-anak banyak yang tidak diurusi. Saya prihatin ,” Yuni Adi melanjutkan.

Berangkat dari hal ini, ia rutin membuka kelas calistung setiap hari Senin-Rabu pukul 07.30-09.00 WITA. Sesi kedua, dibuka lagi 16.30-18.00 WITA

OKE  (4).JPG
Yuni Adi (kanan) dan bocah-bocah sedang asyik belajar dan becengkrama di Rumah Baca Alalak Utara.

Konsep pembelajaran pun dibuat mengasyikkan. Yuni Adi tak saklek pada materi ajar tertentu. Simpelnya, melihat kondisi tertentu si anak binaan.

“Misalnya, ada yang masih belum paham abjad ya belajar abjad dulu. Itu aja terus diulang sampai bisa. Kalau kita terus mengulang, kemungkinan mereka paham semakin besar” kata dia.

Yuni Adi menambahkan, pendirian rumah baca ini juga sebagai bentuk perlawanan terhadap biaya pendidikan yang kelewat mahal. Apalagi untuk sekelas Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD).

“Saya di sini buka gratis. Enggak pakai bayar-bayaran. Untuk meringankan beban orang tua sekalian memudahkan guru SD kelak supaya tidak lagi repot memberi materi calistung,” kata Yuni Adi.

Sampai bertahun-tahun mendirikan rumah baca, usahanya kini membuahkan hasil manis. Kini, hanya berbekal surat pengantar dari Rumah Baca Alalak Utara, Yuni Adi mengungkapkan para murid sudah bisa masuk SD tanpa lebih dulu PAUD.

“Bahkan mereka yang ikut program rumah baca rata-rata sudah pasti dapat ranking 1-10. Ini karena bekal mereka sudah banyak semasa di sini,” kata Yuni.

OKE  (1).JPG
Yuni Adi sedang mengajarkan baca tulis d Rumah Baca Alalak Utara

Menginjak tahun ke-8 mendirikan rumah baca, harapan Yuni Adi tak muluk-muluk. Ia ingin kelak rumah baca diisi banyak tenaga pengajar, tak cuma dirinya. Ia turut menaruh harapan agar Rumah Baca Alalak mendapat sokongan dana yang mencukupi.

Maklum, selama Yuni Adi mendanai rumah baca dengan ongkos sendiri. “Saya berharapnya dibelikan dalam bentuk barang-barang saja ya. Biar bisa dipertanggungkawabkan. Saya punya mimpi begitu,” tandasnya.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *